Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Meluruskan Kefahaman Hadits Ghodir Khum dan Aqidah Wishoyah

Gambar
      Wishayah dalam doktrin Syi’ah bukanlah pencalonan atau pemilihan namun “ pengangkatan ” yang dilakukan oleh Nabi. Mereka meyakini bahwa nabi Muhammad SAW telah mewasiatkan bahwa pengganti beliau adalah Ali bin Abi Thalib. Peristiwa pengangkatan ini berdasarkan pada hadits yang terkenal dengan hadits Ghadir Khum , yaitu, “ Man Kuntu Maulahu Fa ‘Aliyyun Maulaahu ”. Hadits ini sangat populer di kalangan Syi’ah karena menurut mereka hadits ini adalah sebagai bukti dan dalil bahwa Sayyidina Ali ditunjuk langsung oleh Nabi sebagai khalifah sesudahnya. Klaim golongan Syi’a seperti ini adalah klaim yang tidak effair dan mudah menjerumuskan orang awam. Oleh karena itu perlu diluruskan apa dan bagaimana maksud hadits Ghadir Khum tersebut. Yang jelas hadits ini jauh panggang dari api jikalau di artikan sebagai penunjukan langsung dari Rasulullah SAW kepada Sayyidina Ali sebagai kholifah. Pada tahun 10 H, Rasulullah SAW beserta para sahabat berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan Ibadah Ha

Air Hujan. Anugrah Yang Terbuang

Gambar
Berdasarkan laporan dari badan urusan ekonomi luar negeri jerman (Bundesagentur fuer Assenwirtschaff) pada tahun 2006 yang lalu, Bahwa cadangan air untuk daerah di seluruh Indonesia di perkirakan lebih dari cukup, dengan limpahan air hujan yang mencapai 40-200 inches pertahun. Rata-rata lebih 100 inches di semua daerah. Dari sungai di perkirakan terdapat volume sebanyak 14.000m3 perkepala setiap tahun yang dapat di gunakan. Sayangnya dari semua sumber air yang begitu besar, sedikit sekali yang memanfaatkan air dengan baik. Ada beberapa cara paling sederhana terkait pemanfatan air hujan , yaitu : Lewat penanaman pohon, sangat efektif untuk menyimpan air dan berpengaruh merubah siklus lingkungan Biopori atau membuat lubang-lubang kecil di seputar lajunya air hujan supaya air cepat meresep. Pemanfaatan air hujan secara sistematis. Seperti berikut ini ; Melalui penampungan, Bisa di lakukan dengan membuat penampungan yang sangat besar. di sesuaikan dengan kebutuha

Macam-Macam Kalimat

Gambar
Kalimat-kalimat yang digunakan untuk membentuk kalam ada tiga yaitu : 1. Kalimat Isim yaitu, kalimat yang menunjukkan ma’na yang tidak disertai dengan zaman. Kalimat ini dapat dikenali dengan keberadaan : a)       I’rob Jer , seperti kata “ Allahi ” dalam contoh عَبْدُ اللهِ , b)       tanwin , seperti kata “ Rojulun ” dalam contoh جاء رَجُلٌ , c)       masuknya أَلْ “ al ”, seperti kata “ar-Rohmani” dalam contoh عبد الرَّحْمَنِ , d)      masuknya huruf  jer ( مِنْ , إِلَى , عَنْ ,  عَلَى ,  فِي , رُبَّ , بِ, كَ, لِ ) seperti مِنَ المَدرسة, اِلىَ المسجد dan lain-lain, e)       dan bisa kemasukan huruf qosam (huruf-huruf yang digunakan untuk bersumpah) yaitu, واو, باء, تاء  seperti وَاللهِ, باللهِ, تاللهِ. 2. Kalimat Fiil yaitu kalimat yang menunjukkan ma’na yang disertai dengan zaman (seperti, telah berlalu, sekarang, sedang, dan akan ). Kalimat ini bisa dikenali dengan keberadaan : a)       قَدْ (sungguh/terkadang), seperti قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ b)       سين (a

Isro’ Mi’roj dan Hukum Memperingatinya

Gambar
Di bulan ini, yaitu bulan Rajab, kaum muslimin biasa memperingati satu peristiwa yang sangat luar biasa, yaitu peristiwa perjalanan Rasulullah saw dari Makkah ke Baitul Maqdis, kemudian naik ke sidratul muntaha menghadap Pencipta alam semesta. Peristiwa ini tidak akan dilupakan kaum muslimin, karena sholat lima waktu sehari semalam diperintahkan oleh Allah pada saat Isra’ dan Mi’raj. Untuk memperingati dan memaknai peristiwa yang luar biasa tersebut, biasanya kaum muslim mengadakan sebuah kajian. Taffakur, pengajian, dzikir dan acara-acara lain yang berkaitan dengan pemaknaan isro’ mi’roj itu sendiri dalam rangka menanamkan rasa kebanggaan serta menumbuhkan rasa kecintaan dengan ajaran Islam dalam hati para pemeluknya. Peringatan Isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah momentum penting bagi umat islam di seluruh dunia. Selain sebagai bentuk rasa syukur, bahagia dan bangga atas di utusnya Nabi Muhammad SAW yang membawa petunjuk sepanjang zaman, juga sebagai ajang mempererat persa

Puasa di Bulan Rajab

Gambar
Bulan Rajab adalah bulan dimana Allah swt meng-isro’kan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsho, dan langsung me-mi’roj-kan beliau saw sampai ke ‘Arasy dan Mustawa dalam rangka mendapatkan perintah menjalankan sholat maktubah. Dari peristiwa yang agung itu sangatlah pantas kalau bulan Rajab masuk dalam kategori salah satu dari bulan-bulan yang dimulyakan ( asyhurul hurum ). Kemudian karena kemuliaan bulan Rajab inilah kebanyakan umat Islam menjalankan puasa sunnah. Tetapi akhir-akhir ini ada beberapa kelompok umat Islam yang melarang puasa di bulan Rajab dengan se-abrek dalil yang mereka kemukakan, namun sayang, tak satupun dalil atau hadits Rasul saw yang mereka kemukakan ada yang melarang atau mengharamkan puasa rajab. Memang tidak ada hadits shahih yang husus menyebutkan kesunahan berpuasa dibulan Rajab, tetapi juga tidak ada hadits shahih yg melarangnya. Dalam Shahih Muslim hadits no.1960, bahwa Utsman bin Hakim Al Anshari bertanya pada said bin Jubair tentang pua