Misteri Balok di dukuh gendero

Ada sebuah perkampungan di dukuh gendero ujung desa Morodemak bagian barat, terpendam puluhan bahkan ratusan balok kayu Jati yang telah berumur lebih dari 5 abad. Kayu balok itu sejatinya adalah bantuan Syekh Syarif Hidayatulloh atau sunan Gunung Jati untuk pembangunan Masjid agung Demak.

Sesampainya kayu balok itu di pesisir pantai Morodemak ternyata masjid agung Demak sudah berdiri. Akhirnya balok balok itu di tambatkan di pesisir pantai, hingga kini pantai itu berubah kondisinya, karena sudah menjadi perkampungan warga yang padat penduduknya. Balok balok itu hingga kini masih ada, dan warnanya menjadi hitam karena terpendam sudah ratusan tahun.

Menurut KHR. Muniruddin Pasya keturunan keraton kasepuhan, bahwa di perpustakaan kasepuhan telah tertulis tentang pengiriman balok ke Demak untuk kebutuhan pembangunan masjid Agung Demak. Dan di laporkan juga bahwa setelah sampai di pesisir masjid Agung telah jadi, lantas balok balok itu di tambatkan hingga terpendam sampai kini belum ada yang mengurus.

Sayang KHR. Muniruddin tidak menyebutkan kapan tahun pengirimannya, karena pada Tahun 1498 sampai 1506 M, sultan fattah memugar secara keseluruhan masjid Agung Demak. Pada Tahun itu juga masjid Cirebon di bangun secara bersamaan dengan masjid Agung Demak.

Masjid Demak sejatinya berdiri Pada Tahun 1398 Saka oleh Para anggota Wali songo dan para donatur lainnya. Kemudian pada Tahun 1428 Saka/1506 M Sultan Fattah melakukan renovasi besar besaran. Jadi selisih 30 Tahun antara Pembangunan awal dan tahap pemugaran yang di lakukan oleh Sultan Fattah.

Jadi kapan Balok balok itu di kirim oleh Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatulloh untuk pembangunan Masjid Agung Demak...?

Dalam babad Cirebon Purwaka Nagari di katakan bahwa pembuatan ( pemugaran) masjid Demak pada Tahun 1498-1506 M, memakan waktu 8 Tahun. Untuk pembangunan itu telah di kerahkan tenaga 2.000 orang, 300 tenaga ahli di antaranya dari Majapahit, ketua pelaksana pemugaran oleh Empu supa yang di bantu puteranya empu Anom/ Joko Suro.

Tenaga yang berjumlah 2.000 tersebut di bagi menjadi dua, 1.000 orang di bawah pimpinan empu supo berkonsentrasi di masjid agung Demak, dan 1.000 orang di bawah pimpinan empu supo anom, pergi ke cirebon untuk membantu pemugaran di masjid Agung Cirebon.

Pemugaran itu memakan waktu 8 Tahun antara 1498 sampai 1506, sultan fatah memugar masjid agung demak setelah masjid itu berusia 30 Tahun sejak di dirikan para wali sebelumnya.
Ketika memugar masjid agung itu sultan fatah di karuniai putera yang ke empat 4 yaitu, Raden Trenggono, yang kelak menjadi Sultan Bintoro ke III.

Semasa sultan Fatah , masjid agung tidak mempunyai serambi , Baru setelah pemerintahan Adipati Unus, pada Tahun 1519 M serambi masjid di dirikan dengan menggunakan tiyang serambi yang berasal dari keraton Majapahit.

Secara fisik, bangunan masjid Agung Demak sekarang menempati areal seluas 7.500 m, bagian serambi seluas 620 m, luas bangunan induk 961 m, sedang bangunan lain merupakan halaman, tiyang serambi seluruhnya berjumlah 28 buah dan 8 buah di antaranya di kenal sebagai tiang yang berasal dari keraton majapahit, tiang rowo ada 15 buah dan tiang penyangga sebanyak 64 buah, pintu masjid ada 5 buah, sementara jendela berjumlah 8 buah.

Kaitan erat kampung ini dengan perjalanan sejarah Islam Nusantara sudah terbukti dengan penemuan bukti arkeologis dan catatan expedisi yang di miliki Sultan Kasepuhan.

Kampung Gendero sebagai pintu masuk untuk logistik yang paling aman dan ekonomis bagi kesultanan Demak, sehingga para punggawa , pihak kesultanan, Kasunanan Kadilangu, dan pendiri kesultanan Demak yang memiliki perhatian yang luar biasa dengan kampung ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembagian Bab-bab Dalam Tashrif

2. Fi’il Tsulatsi Mazid

Pengertian Shorof dan Tashrif