Hukum Bersalaman dengan Lawan Jenis
Bersalaman adalah
kebiasaan yang baik dan terpuji, bahkan direstui oleh syara’ sebagaimana
keterangan pada posting tentang Mushofahah yang lalu. Sambutan baik dan restu syara’ ini hanya berlaku dalam
prakti-praktik bersalaman yang sesuai dengan ketentuan syara’. Jika tidak
sesuai maka jelas dilarang. Seperti bersalaman dengan perempuan lain (bukan istri
dan bukan mahrom), banyak hadits yang melarangnya, di antaranya adalah
hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Sayyidah ‘Aisya ra, beliau berkata, “Demi
Allah tangan rasulullah SAW sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan tangan
perempuan (lain), Rasulullah hanya membaiat mereka dengan omongan saja”.
Al-Hafidz al-‘Iroqi berkata “Tangan Rasulullah SAW tidak pernah bersentuhan
dengan tangan perempuan kecuali tangan istri-istri dan budak beliau, baik
ketika bai’at atau tidak”. Dari Muhammad bin Munkadir, ia berkata,
Sesungguhnya Umaimah binti Roqiqoh pernah bercerita kepada saya, bahwa
Rasulullah SAW pernah mendatangi sekumpulan perempuan (termasuk Umaimah binti
Roqiqoh) yang ingin berbai’at…………Saat sekumpulan perempuan tersebut berkata
kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah kesinilah! Kami ingin bai’at. Dalam
hadits riwayat Ahmad diceritakan bahwa mereka
berkata, “Ya Rasulullah, Apakah engkau tidak menjabat tangan kami? Rasulullah SAW
berkata,
" إني لا
أصافح النساء, إنما قولى لمائة إمرأة كقولى لإمرأة واحدة" (أخرجه
مالك وأحمد والترمذى والنساء وابن ماجة بأسانيد صحيحة)
“Sesungguhnya
ku tidak bersalaman dengan perempuan, Sesungguhnya perkataanku dengan seratus
perempuan sama dengan perkataanku denga satu perempuan”. (HR.
Malik, Ahmad, Turmudzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dengan sanad-sanad yang shohih).
Menurut
pendapat mayoritas Malikiyyah dan Syafi’iyyah, keharaman bersalaman dengan
perempuan ajnabiyyah (bukan istri dan bukan mahrom) ini, baik perempuan ajnabiyyah-nya
sudah lanjut usia atau belum, baik kawatir timbul fitnah dan syahwat atau
tidak. Berbeda dengan pendapat mayoritas Hanafiyyah dan sebagian Hanabilah yang
mengatakan, boleh bersalaman dengan perempuan ajnabiyyah yang sudah
lanjut usia, jika tidak kawatir timbul
fitnah dan syahwat.
Kemudian,
bagaimana jika memakai sarung tangan atau benda-benda lain yang menutup tangan
terus bersalaman dengan perempuan ajnabiyyah? Syaikh al-Allamah ‘Athiyyah
Shoqr saat di tanya seperti ini, beliau menjawab, “Tidak Harom,
jika tidak timbul syahwat atau fitnah, jika timbul syahwat atau fitnah maka harom”.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Abi Daud, dari Sya’bi, Ia
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW, ketika membaiat perempuan beliau membawa
selimut yang beliau letakkan ditangan, dan beliau berkata “Aku tidak
bersalaman dengan perempuan”.
Komentar
Posting Komentar